Rezeki yang terbayangkan itu tak sebesar rezeki yang tak
terbayangkan. Mudah membayangkan rezeki yang terbayangkan. Yang sulit
adalah membayangkan soal-soal yang tak terbayangkan. Mudah bagi seorang
karyawan membayangkan berapa jumlah gajinya hingga pensiun nanti. Tapi
tak mudah membayangkan apa saja yang akan menjadi tambahan rezekinya di
luar gaji.
Maka, menghentikan bayangan hanya sebatas pada soal-soal yang
terbayangkan adalah soal gampang. Jadi jangan heran jika hasilnya juga
terbatas pada soal-soal yang berkelas gampangan, yang orang lain mudah
meniru dan mendapatkan juga tak perlu latihan. Itulah rezeki para
penonton yang bisa diperoleh tanpa harus berusaha kecuali kesanggupannya
untuk menonton.
Tapi hasilnya, cuma sebegitulah kelas rezeki penonton. Sudah masuk
harus membeli tiket, di dalam harus berisiko menjadi korban tawuran.
Sudah rugi duit, rugi pula keselamatan. Beda nian dengan pemain apalagi
pemain bintang. Rezekinya sungguh berkebalikan. Apa yang tak diperoleh
penonton adalah apa yang diberikan kepada pemain termasuk pujian. Jika
ada pemain pujaaan rasanya belum ada penonton pujaan. Bahkan soal pujian
saja penonton tak kebagian. Hidup yang tak pernah dipuji sungguh setara
dengan mati.
Mudah sekali membayangkan menjadi penonton tapi tak mudah
membayangkan menjadi pemain apalagi pemain bintang. Karenanya sedikit
saja orang yang mau bersusah-payah bahkan hanya soal membayangkan. Makin
sedikit membayangkan, makin sedikit kemungkinan. Makin sedikit
kemungkinan makin sedikit peluang. Makin sedikit peluang makin sedikit
yang bisa dikerjakan. Makin sedikit pekerjaan makin sedikit yang bisa
dihasilkan. Dan itulah asal-usul kemiskinan.
Jadi jelas, betapa prinsipil kedudukan sebuah bayangan. Maka
ketrampilan membayangkan benar-benar rezeki besar bagi sebuah peradaban.
Bangsa yang terampil membayangkan selalu memimpin di barisan depan.
Jika cuma bergantung pada rezeki definitif negara-negara yang miskin
sumber daya alam itu sudah otomatis akan dicekik kemiskinan. Tapi
anehnya otomatisasi itu tak selalu terjadi sepanjang mereka memiliki
imajinasi. Latihan membayangkan soal-soal yang tak terbayangkan
benar-benar akan mendatangkan rezeki dalam skala tak terbayangkan.
Persoalannya, apa yang sekarang ini sedang kita bayangkan?
Sumber :
www.priegs.com