Satu tapi mengubah semua, itulah hasil dari hukum sublimasi jika
sudah bekerja. Yang ada bisa tidak ada. Kapur barus yang teronggok bisa
lenyap sebagai gas karena menyublim. Indonesia berkepentingan
memanfaatkan hukum ini, terutama karena bangsa ini terlalu banyak
dihina, baik oleh orang lain maupun oleh diri sendiri. Saya belajar
soal ini dari pengalaman Icuk Sugiarto saat ia menjadi tamu show
televisi saya.
Suatu saat ia sedang melawan Lim Swie King dalam sebuah pertandingan
panjang yang melelahkan, 215 menit untuk tiga set. Partai yang amat
menguras tenaga. Di set terakhir, Swie King hanya butuh menambah satu
angka lagi dan pertandingan akan usai dengan gelar Juara Dunia
diboyongnya.
Tapi kenyataan itu tak terjadi. King selalu gagal menambah poin
karena selalu terjadi adegan pindah bola dengan Icuk pelan-pelan
menyusulnya untuk akhirnya malah menyamakan angka. Stadion gemuruh
sekaligus tegang oleh tebak-tebakan apa yang akan terjadi. Adakah Icuk
yang tak diunggulkan itu akan menumbangkan kebesaran seorang Lim Swie
King. Jawabnya ada di satu pukulan Icuk yang membuat King menyerah. Icuk
menjadi Juara Dunia dalam usia 20 tahun. Rekor yang belum pecah hingga
kini. Satu pukulan, mengubah peta hidup nyaris secara keseluruhan.
Dari mana energi Icuk ini berasal? Ada banyak jurusan tapi salah
satunya datang dari kenyataan ini: ia datang ke Jakarta sebagai bibit
pemain bukutangkis yang bahkan raket pun tak punya.
Kemiskinan menjeratnya sampai ke ubun-ubun karena saat teman-temannya
membeli buah, ia hanya bisa memandang dengan lapar tertahan. "Padahal
buah itu hanya sebu
tir jambu," kata Icuk mengenang. Akhirnya ia putuskan, setiap ia
kelaparan tanpa bisa jajan, ia malah mengambil sepatu dan lari keliling
lapangan. Akhirnya porsi latihannya melebih porsi yang ditakarkan.
Hasilnya: "Ada semacam jeniusitas yang berkembang dalam diri saya secara
diam-diam," kata Icuk.
Yang terjadi kemudian adalah latihan bak kungfu Shao Lin.
Berbulan-bulan seorang murid hanya diminta untuk mengelap meja
senantiasa dan kung funya tak ada. Tapi ternyata itulah gerakan yang
jika dilayangkan akan membuat lawan pingsan. Itulah efek kenyataan yang
telah disublimasikan. Kemiskinan, tekanan, hinaan, sungguh energi besar
yang terpendam. Indonesia memiliki tambang energi ini dalam jumlah yang
melimpah. Di tekan, dihina, dimiskinkan. Lengkap.
Sayang kelengkapan deposit derita ini tak pernah benar-benar kita
manfaatkan. Jumlah tekanan dan hinaan ini tak pernah disublimasikan
seperti Icuk melakukan. tapi malah ditambahkan-tambahkan. Sudah tahu
negaranya dihina tapi korupsi masih ramai dijalankan. Itulah yang
membuat pihak yang dihina malah tambah terhina.
Sumber :
www.priegs.com