Saleh Spanduk -->

close
Klik 2x untuk menutup(x)
Selamat Datang Daeng Kajang di Kota Makassar

Saleh Spanduk

Hati-hatilah memasang foto wajah di baliho dan spanduk. Selera publik telah berubah. Kota yang terlalu banyak iklan bukan lagi dianggap hiasan, melainkan, maaf, sampah. Maka sayangilah wajah, jika potret wajah harus termasuk dalam daftar sampah. Sungguh, merayu pubik cuma dengan potret wajah tak lagi soal mudah. Maka nasihat saya, pasanglah foto Anda dengan sedikit rasa bersalah. Jangan terlalu percaya diri karena jangan-jangan buahnya malah umpatan dalam hati.

Tak ada sinisme tanpa asal-usul. Sudah lama sebenarnya, publik memendam derita kepada slogan. Karena hanya di dalam slogan mudah dijumpai seluruh kebaikan. Sementara kebaikan sulit dicari di dalam kenyataan, ia malah terpampang dengan mencolok di slogan-slogan. Sementara ketulusan sulit ditemui dalam kenyataan, ia malah begitu mudah dijumpai di iklan-iklan. Wajah tersenyum amat mudah ditemui dalam foto-foto, tetapi tidak di jalan-jalan dan di sebagian (besar) lembaga dan institusi. Sementara ada kesulitan menemukan nilai di dalam kenyataan, nilai begitu jelas dipasang sebagai hiasan. Inilah asal-usul sinisme itu. Jika ini diteruskan, sinisme itu akan berubah menjadi kemuakan, yang muak akan menjadi kebencian dan yang benci akan menjadi kemarahan.

Negara harus sukses mencegah sinisme itu untuk tidak berkembang menjadi kemuakan dan seterusnya. Satu-satunya jalan ialah memperjuangkan sekuat mungkin azas kepantasan. Jika banyak foto yang mengaku orang baik terpajang, di kenyataan benar-benar harus mudah ditemui kebaikan. Jika banyak sekali spanduk bertuliskan kemuliaan, publik harus mudah menemukan di dalam kenyataan. Ini baru pantas dan sepadan. Karena jika seorang pribadi benar-benar dirindukan, hanya dengan melihat gambarnya saja, sudah mendatangkan ketenteraman.

Jadi ini bukan soal foto. Beberapa pengajar cara hidup sukses, malah menganjurkan agar seseorang rajin memasang foto, gambar, tulisan dari pihak yang diidolakan. Barang-barang itu akan menjadi keramat dalam hati. Ia akan membimbing, menyediakan peta dan orientasi, karena gambar itu, tulisan itu, foto itu, berasal dari para pribadi unggul dan layak diteladani. Maka tidak ada yang salah dari foto-foto dan slogan-slogan. Jika ia datang dari pribadi tinggi, semakin besar gambarnya, semakin ia akan ditatap dengan hati. Tetapi rumus ini juga berlaku sealiknya. Maka jika seseorang ada di wilayah sebaliknya, jangan bermain api dengan simbol-simbol ini. Sungguh, ada foto yang ditatap dengan doa dan harapan, ada juga foto yang ditatap dengan muak dan umpatan. Maka, penting sekali sadar ukuran.



Sumber : 
www.priegs.com